Kondisi ekonomi dan politik Indonesia yang tidak kunjung membaik sejak kejatuhan rezim orde baru memaksa sekelompok kelas dalam masyarakat untuk membangun kekuatan. Tidak luput pula kelompok pekerja/buruh yang jumlahnya hampir 97 juta orang. Sejak runtuhnya kekuasaan Suharto telah tumbuh puluhan bahkan ratusan serikat pekerja/buruh baik ditingkat perusahaan maupun yg bergabung dengan federasi di seluruh Indonesia. Pasung kebebasan berserikat selama beberapa dekade mulai berkurang seiring dengan arus reformasi. Namun reformasi yg diharapkan membawa perbaikan secara politik dan ekonomi terhadap pekerja tidak kunjung tiba. Kenaikan harga sembako, antrian minyak tanah, rendahnya upah pekerja merupakan bagian kecil dari sederet derita panjang pekerja. Kesehatan dan pendidikan jadi barang mewah di negeri ini. Meski pemerintah telah melakukan beberapa program raskin, bantuan tunai langsung (BTL) kepada rakyat miskin belum mampu menyelesaikan masalah. Program-program instant tersebut masih belum mampu mengentaskan rakyat dari kesulitan. Apa yang dapat dilakukan serikat pekerja/buruh melihat kondisi sulit tersebut?
Membangun kesadaran kolektif kaum pekerja merupakan langkah mendesak yang perlu dilakukan oleh SP/SB. Bahwa kesejahteraan rakyat tidak dapat diserahkan begitu saja kepada pemerintah. Pekerja harus ikut andil mengawasi dan mengontrol kebijakan pemerintah. Penggunaan APBD dan APBN harus diawasi agar manfaatnya dirasakan sebesar-besarnya untuk rakyat. Alokasi APBN 20% untuk pendidikan misalnya, merupakan suatu keharusan jika tidak ingin negara ini makin terpuruk. Pengawasan ini hanya dapat dilakukan jika para pekerja bersatu dan meng-organisir dalam satu kekuatan serikat pekerja/buruh.
Dalam bidang politik, sinisme pekerja terhadap peran partai politik diakui atau tidak masih merupakan kendala terbesar pekerja/buruh, jika ingin menempatkan para pemimpin pekerja/buruh dalam kancah perpolitikan. Salah satu data lembaga survey memperlihatkan bahwa 87% pekerja/buruh belum melihat peran serta partai politik dalam menyuarakan kepentingan pekerja. Hal ini bisa terjadi karena elit-elit di dalam parpol tersebut tidak memahami benar masalah-masalah yg dihadapi oleh pekerja atau parpol-parpol yang ada belum memasukkan pekerja sebagai kelompok masyarakat yg harus disuarakan kepentingannya bahkan sinyalemen keras muncul, sunyi senyapnya parpol dalam menyuarakan kepentingan pekerja lebih disebabkan karena mayoritas anggota legislatif/elit politik bukan berasal dari kelompok pekerja. Jika sinyalemen tersebut benar lantas apa yg dapat diharapkan pekerja/buruh dari sebuah partai politik? Dari pemilu ke pemilu, pekerja hanya menjadi obyek dari kelompok elit politik. Belum ada yang benar-benar mengorganisir suara pekerja/buruh untuk kepentingan pekerja. Suka atau tidak itulah yang dihadapi pekerja menjelang pemilu. Perlu kerja keras dari serikat pekerja/buruh untuk memberikan penjelasan dan meyakinkan anggotanya bahwa sudah waktunya pekerja melibatkan diri dalam pemilu untuk memilih wakil-wakilnya yang dapat dipercaya untuk duduk di parlemen dan menyuarakan kepentingan pekerja/buruh.
Krisis ekonomi yg melanda Indonesia sejak tahun 1997 sampai sekarang belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir. Issue kenaikan harga minyak, kelangkaan pangan adalah deretan masalah-masalah yang akan dihadapi pekerja beberapa tahun ke depan. Dalam hal ini serikat pekerja juga diharapkan ambil peran untuk membangun ketahanan ekonomi kaum pekerja terhadap serangan badai krisis ekonomi ini. Melalui pendidikan, pelatihan kewirausahaan, meningkatkan ketrampilan lain diluar pekerjaan dapat menjadi pilihan bagi SP/SB untuk menambah penghasilan pekerja disamping gaji bulanan. Komunikasi dengan pemerintah di bidang ekonomi dapat dilakukan oleh SP/SB guna memberikan kemudahan kepada pekerja dalam hal periijinan mendirikan koperasi-koperasi, ukm dan memangkas pos-pos biaya siluman yg pada muaranya dapat menggairahkan dunia usaha yang dirintis oleh kaum pekerja.
Semangat dan optimisme bahwa esok masih ada dan Indonesia lain adalah mungkin terus digaungkan. Semoga Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan hanya kalimat emas tanpa makna tetapi merupakan rangkaian kata-kata yang dapat diwujudkan oleh pemimpin negri ini.
Hidup buruh!
Agus Sriyono
Ketua PUK SPMI PT.PSECB Batam
Pimpinan Cabang SPEE FSPMI Kota Batam
Rabu, 26 November 2008
Kemana Pergerakan SP/SB di Indonesia di Tengah Krisis..??
Label:
PUK PT. PSECB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar